Astagaaaaaa… anakku yang pertama udah gede. Udah resmi jadi anak preschool.
*ambil kanebo* *lap-lap airmata haru dulu*
Hari ini genap minggu ke-dua si kakak Jo full day di sekolah playgroupnya. Sebuah milestone yang luar biasa karena akhirnya anak itu bisa dilepas sendiri tanpa ortu selama beberapa jam. Milestone juga untuk gue, seorang ibu yang cukup pocecip, yang akhirnya rela melepas anak sulungnya lepas dari pandangan.
Berhubung udah lama ga cerita-cerita soal si kakak dan mumpung sistem sekolah di Swedia kayaknya agak berbeda sama di Indonesia, rasanya seru kalau berbagi pengalaman seputar sekolah di blog. Biar ga sepi-sepi amat blognya ga pernah diisi lagi..
Proses Pencarian PreSchool (Förskola)
Merasa kalau si kakak udah siap untuk merasakan dunia sekolah, gue dan Bubu memulai perjalanan mencari tempat yang cocok untuk Jo sejak bulan November tahun lalu. Dari beberapa preschool yang ada di sekitar apartemen, kami akhirnya merucutkan pilihan menjadi 3 sekolah saja. Semua berjarak dalam radius 2 KM dari rumah. Sengaja ga mau cari yang jauh karena emaknya males bokk kalo harus ngejemput jauh-jauh. Haha
Eniho, berbeda dengan di Indonesia dimana kita bisa memilih sendiri secara spesifik Playgrup mana yang mau dimasuki, di Helsingborg (gue ga tau apakah seluruh Swedia sistemnya sama) sistem masuk sekolah untuk anak-anak di bawah umur 7 tahun harus melewati sistem waiting list. Jadi nama sang anak kita daftarkan di website pemerintah lokal (kommunal) di Helsingborg. Saat mendaftar itu juga sekalian memasukkan 3 pilihan sekolah yang kita mau. Tahap berikutnya? Menunggu. Dan harus sangat sabar menunggu.
Jo sendiri, setelah menunggu selama beberapa bulan sampai ultah ke-3 nya Februari lalu, ketika kami tanyakan ke pihak kommunal, masih berada di urutan ke 11 untuk antrian di sekolah pilhan pertama kami. Karena urutannya masih lumayan banyak, kami udah pasrah kalau si kakak baru akan dapat spot setelah liburan musim panas, dimana saat itu banyak yang keluar dari sekolah untuk masuk SD. Eh ga disangka, di akhir bulan Maret, tiba-tiba aja kami menerima sebuah email yang menyatakan kalau Jo dapet tempat dan bonusnya lagi, sekolah itu adalah sekolah pilihan kami yang pertama. Alhamdulillah…
NB: Dalam proses waiting list ini jika kita ditawarkan sebuah spot di sekolah yang kita tidak mau, bisa menolak dan kembali ke antrian lagi. Tapi tentu ga bisa dipastikan kapan bisa dapat tempat di sekolah yang diinginkan.
Tentang Förskola nya Jo
Setelah setuju akan menerima spot di sekolah yang ditawarkan, kami diharuskan untuk memasukkan data-data keuangan, seperti gaji bulanan kedua orang tua. Why? Karena besarnya biaya sekolah sang anak akan dihitung berdasarkan income orang tuanya. Untuk preschool menggunakan sistem subsidi silang gitu lah nampaknya.
Urusan adminstrasi selesai, kami mendapat undangan untuk melihat sekolahnya si kakak. Kebetulan selain lokasinya yang super OK banget (searah sama kantornya Bubu dan ga jauh dari rumah), sekolah yang kami pilih ukurannya cukup besar dibanding förskola lainnya. Di dalam gedung sekolah ini terdapat beberapa grup yang diatur berdasarkan umur. Tiap grup menempati bagian sekolah yang berbeda, lengkap dengan kelas-kelas tersendiri di dalamnya. Jadi selama di sekolah mereka akan fokus dengan grupnya masing-masing dan ga terlalu sering nyampur dengan grup yang lain. Satu grup isinya sekitar 15-20 anak dengan jumlah guru yang bertugas sekitar 4 orang/grup.
Grup tempat Jo ditempatkan mempunyai 4 buah ruang kelas yang bisa dinikmati selama di sana. Ada ruang “meeting”, dimana mereka ngumpul kalau pagi-pagi untuk makan buah dan bernyanyi. Ada ruangan membaca lengkap dengan pilihan buku-buku bacaan dan mainan. Ada lagi ruangan kelas melukis, di tempat ini penuh dengan alat gambar, dari cat air, crayon, spidol, dll. Dan yang terakhir adalah ruangan “serba guna”, yang mereka gunakan untuk makan siang, main, ketrampilan, etc. Pokoknya intinya sih, selama di sekolah itu cuma untuk main, main dan main.. Hahaha
![]()
![]()
![]()
![]()
Ruang kelas yang dipakai grupnya Jo. Tiap Grup menempati bagian gedung secara tersendiri dengan beberapa kelas di dalamnya.
Inskolning
Selama sekitar 2 minggu pertama si anak masuk sekolah, ada yang dinamakan masa Inskolning. Masa ini bisa dibilang fase adaptasi, dimana selama sekolah, sang anak masih harus ditemani oleh orang tuanya dan belum masuk full day. Dari seharusnya 5 jam di sekolah, mereka hanya tinggal 1-2 jam aja. Di masa-masa inskolning ini para guru berusaha mendekatkan diri ke anak yang baru masuk. Karena jumlah anak baru yang datang itu ga kedabrugan langsung banyak, proses pdktnya bener-bener personal banget. Si anak ditemenin terus selama di kelas, pelan-pelan diajak main, ngobrol, pokoknya sampai akhirnya bisa lepas dari ortunya.
Jo mungkin emang udah siap banget sekolah kali yah, atau dia udah capek dimarahin terus sama mamah galak di rumah, proses inskolningnya berlangsung cukup singkat. Hanya dalam waktu 1 minggu aja dia udah rela ditinggal full day di sekolah. Itu pun kalau dijemput ga mau pulang.. Sigh!
Sungguh, aku ga tau harus seneng atau sedih.
![]()
Adek ikutan kakak ke sekolah waktu masa Inskolning. Seketika si adek langsung jadi idola, diuwel-uwel sama temen-temennya Jo. 😀
Dan sekarang…
Semenjak Jo masuk sekolah, keseharian kami di pagi hari cukup berubah drastis. Biasanya kan gue dan anak-anak masih bisa kelekaran syantai setelah Bubu berangkat kerja. Sekarang, dari pagi satu rumah udah pada sibuk semua. Untunglah makan siang Jo udah disediakan oleh pihak sekolah (dan dilarang bawa dari rumah), jadi gue ga perlu pusing bikin-bikin bekal setiap pagi. Yess!!
Si adek pun merasakan banget perbedaan setelah kakaknya sekolah. Dari yang awalnya selalu ada yang ngajak main, eh tiba-tiba sepi. Keliatan bener deh si kunyil satu ini merasa tersesat tanpa kakaknya yang bawel, karena selalu rewel dan ribet bener ngerupekin emaknya. Begitu liat kakaknya pulang atau jemput di sekolah, wajahnya spontan berubah ceria.. Eciyeeeh, adek kangen nih yeeee..
Perubahan yang ga mencolok mungkin malah datang dari Jo-nya sendiri. Masih malu, masih belum banyak ngomong, tapi setidaknya pelan-pelan udah mau main sama anak lain dan ga nempel mamanya terus.
Semoga si kakak betah terus di sekolahnya dan makin cepet lagi perkembangan komunikasinya. Seru dan bikin terharu juga ngeliatin si kecil yang kayaknya baru kemarin diuwel-uwel gemez, eh sekarang udah mulai belajar mandiri tanpa mama papanya.
Kakaaaak.. kamu cepet banget gedenyaaaa.. 😥
The post School Time for Kakak Jo appeared first on BebenyaBubu.